Kisah Usaha


Pengalaman Jualan Fransisca Lana

Pengalaman saya jualan saat di perkuliahan ini adalah berjualan makanan dan bunga untuk kepentingan usaha dana organisasi KMK dimana dana itu akan digunakan untuk bakti sosial di panti asuhan anak-anak. Waktu itu saya berjualan bunga di daerah nol kilometer. Saya menjualkan satu tangkai bunga dengan harga Rp 5.000,00 dengan modal tiap tangkai bunga Rp 2.500,00 yang dibeli di toko bunga di daerah Kotabaru. Saat berjualan, untuk menawarkan ke orang-orang di sekitar itu sangat sulit sehingga harus giat untuk terus menawarkan dengan cara kata-kata yang persuasif sehingga orang tertarik untuk membeli bunga yang saya tawarkan.
Menjual makanan kecil itu pernah saya jalani saat ada di kampus. Makanan kecil tersebut dijual kepada sesama teman mulai dari harga Rp 1.500,00 - Rp 3.000,00. Berjualan makanan ini sangat menyenangkan dan lebih mudah daripada menjual bunga, karena bentuk makanan lebih digemari oleh semua orang.

Pengalaman Jualan Killan Prisaha

Pengalaman berjualan saya adalah saat SMA yaitu berjualan jajanan snack kecil-kecil an. Saya membeli camilan seperti macaroni, cheese stik, keripik balado di pasar dalam jumlah besar yang harganya murah. Kemudian saya membungkus kembali snack tersebut dalam plastik ½ kilogram yang dibakar ujungnya untuk menutup. Setiap plastic saya jual dengan harga Rp 1.000,00 sampai Rp 2.000,00 sehingga saya bisa mendapatkan rata-rata pada setiap bungkusnya Rp 500,00. Saya menjual setiap harinya sebanyak 50-100 bungkus. Saya menjualkan ke teman-teman saya dan kadang teman-teman saya yang mendatangi saya untuk membeli camilan pada saat istirahat maupun saat jam pelajaran.
Pengalaman saya berjualan saat kuliah adalah berjualan bunga di perempatan mirota kampus untuk mencari dana kegiatan KMK. Saya dan teman-teman membeli bunga mawar di toko bunga yang tiap tangkainya Rp 5.000,00 dan saya jual dengan Rp 10.000,00 per tangkainya. Sehingga untung yang didapat adalah 100%. Namun sangat sulit untuk menjual bunga karena tidak banyak yang meminati untuk membeli bunga. Saya lebih banyak menjualkan kepada bapak-bapak dan ibu-ibu karena dengan embel-embel untuk mencari dana. Akibat kasihan maka saya berhasil menjualkan bunga-bunga tersebut.

Pengalaman Jualan Bovi Wira

      Pengalaman berjualan saya adalah pada saat SMP. Waktu kelas 1 SMP ada mata pelajaran Pembiasaan. Dalam mata pelajaran itu, dibagi 3 kelompok besar dimana ketiga kelompok secara bergilir tiap minggu melakukan 3 kegiatan; yaitu berjualan, membersihkan lingkungan sekolah, dan menata perpustakaan sekolah. Pada saat kelompok saya bertugas melakukan kegiatan berjualan itulah yang menjadi pengalaman saya dalam berjualan. Umumnya kelompok saya menjual makanan; seperti agar-agar, kue, snack, gorengan. Harganya berkisar antara Rp 1.000,00 hingga Rp 2.000,00. Modalnya berawal dari patungan seluruh anggota tiap minggu. Dari modal itu, kadang ada salah seorang anggota yang membeli beberapa ons snack di toserba kemudian dibungkus dalam plastic kecil lalu dijual pada saat pelajaran pembiasaan. Terkadang ada juga anggota yang membuat kue, gorengan, dan agar-agar dan nantinya dijual pada saat mata pelajaran Pembiasaan. Makanan dijual pada seluruh warga SMP dan terkadang ada guru sekolah yang membeli. Di akhir tahun pelajaran, dihitung keuntungan yang diperoleh kemudian keuntungan tersebut dibagi-bagi ke seluruh anggota kelompok. 



Pengalaman Jualan Anggita N


Pengalaman jualan saya dimulai saat saya masih duduk di bangku SMA. Pengalaman pertama saya jualan yaitu buah markisa di daerah saya. Target pasar saya adalah anak-anak TPA yang mau mengaji. Hasilnya cukup lumayan, dengan penghasilan Rp 10.000,00-20.000,00/hari, hanya bisa sekitar 10 anak per hari. Dengan harga 1 buah markisa Rp 500.00/buah. Tetapi ada hambatannya yaitu keterbatasannya buah markisa dan banyakknya anak yang membeli menyebabkan keributan yang luar biasa. Pengalaman yang lainnya yaitu berjualan jangkrik pada saat musim kemarau, harganya Rp 1000,00- Rp 3000,00/ekor. Jangkriknya diperoleh dari sawah (mencari sendiri), bermodal senter dan wadah untuk menampung jangkriknya. Terakhir berjualan jasa, yaitu jasa pembersihan sumur (penyedotan) dan pembersihan tandon air. Dengan harga jasa Rp 25000,00-Rp 30.000,00/sumur dan Rp 10.000,00-Rp15.000/tandon air. Jasa ini biasanya ramai ketika musim kemarau dan ketika ada orang yang akan menggelar hajatan. Musim kemarau ramai karena biasanya sumur di daerah saya kuning ketika musim kemarau dan saluran PAM belum sampai di desa saya. Jika musim hujan biasanya hanya laku ketika sumur kemasukan sabun, atau ada barang berharga jatuh ke sumur, atau pada saat menggali kubur orang yang meninggal.  


Pengalaman Jualan Wahyu Dwi
            
            Menjadi salah satu golongan yang tidak bisa melewati masa transisi SMA ke kuliah dengan baik mungkin memberikan saya pengalaman hidup yang begitu berarti. Tahun 2010 saya diterima PMDK jalur beasiswa prestasi full di salah satu Institut Teknologi di Surabaya dan ditahun yang sama saya harus keluar dari Institut Tersebut karena tidak sesuai dengan jurusan yang saya masuki. Melewati hari-hari sebagai pengangguran sambil menunggu SNMPTN 2011, saya lebih banyak menghabiskan waktu di masjid kota. Dan suatu siang, selepas sholat dzuhur saya bertemu dengan teman lama pemilik toko buku Islam yang sering saya kunjungi. Dia sedang mempersiapkan pameran buku Islam di kota sebelah. Dia menceritakan bahwa sedang membutuhkan tambahan karyawan penjaga stand karena ada dua pameran dalam satu waktu di tempat yang berbeda. Saya mencoba untuk membantu. Awalnya saya hanya datang untuk membantu loading barang. Selanjutnya, saya diminta pula untuk menggantikan dia ketika sedang ada urusan dengan keluarga untuk melayani pembeli. Awalnya sangat sulit, namun akhirnya terbiasa juga. Satu pengalaman yang tidak saya lupakan, waktu itu saya menjual obat tetes mata Oten dengan harga 2500, karena label di botol hanya tertulis 25. Kontan pembeli tadi memborong lima botol. Dan setelah teman saya kembali dia marah besar kepada saya karena sejatinya maksud 25 tadi adalah 25000. Saya merasa sangat bersalah karena tidak bisa membantu namun malah merugikan. Anehnya, saya masih diminta datang di hari berikutnya. Dan pameran berlangsung selama 6 hari. Pada hari terakhir, saya menmbantu mengemas barang dan membawa pulang ke toko sampai jam 02.30 pagi. Waktu itu teman saya menyerahkan delapan lembar uang lima puluh ribuan. Saya bingung, namun dia menyatakan itu sebagai tanda terima kasihnya. Sejak saat itu saya menyadari bahwa berjualan itu memang tidak mudah.